KETUA : HENDRY SETIAWAN
ANGGOTA : EVA PURNAMASARI
HABIB MUSTOFA
MUHAMMAD HUSEIN
RODIAH AL ADAWIAH
ROSA ARDIYANTI
UMMI NATRAH
1. DIKSI
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsure sangat penting, baik dalam dunia karang - menggarang maupun dalm dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kekpada kita tentang pemakain kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.
Kata yang tepat akan membantu seseorang menggungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Syarat ketepatan kata:
1. Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat.
2. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonoim, misalnya: adalah,ialah,yaitu,merupakan, dalam pemakaiannya berbeda-beda.
3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaanya, misalnya: infrensi (kesimpulan) dan iterefrensi (saling mempengaruhi), sarat (penuh,bunting), dan syarat (ketentuan).
4. tidak menafsirkan makna kata secara subjective berdasarkan pendapat sendiri.
5. menggunakan imbuhan asing. (jika diperlukan)
6. menggunakan kata-kata idiomatic berdsarkan susunan (pasangan) yang benar.
7. Menggunakan kata umum dan kata khusus, secara cermat.
8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat.
9. menggunkan dengan cermat kata bersinonim.
10. menggunakan kata abstrak dan konkret secara cermat.
2. MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah mkna denotatif. Makna denotatif disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, mkna referensial, atau makna proposional (keraf,2002:2080). Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena makna itu mengacu pada referen, konsep atau idea tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadaran, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul. Makna konotatif atau sering disebut juga makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Kata-kta yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraaan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain. Karangan nonilmiah sangat mementingan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah.
Makna konotatif bebeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotaif.
Kata rumah monyet mengandung makna konotatif. Akan tetapi, makna konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain, sebab nama lain untuk kata itu tidak ada yang yang tepat. Begitu juga dengan istilah rumah asap.
Makna-makna konotatif sifatnya lebih propesional dan operasional dari pada makna denotatif. Makna denotatif adalah makna yang umum. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu.
Misalnya :
Rumah gedung, wisma, graham
Penonton pemirsa, pemerhati
Dibuat dirakit, disulap
Sesuai harmonis
Tukang ahli, juru
Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makan denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedankan makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus.
Kalimat dibawah ini menunjukan hal itu.
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)
Kata cantik lebih umum dari pada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalm kata manis terkandung suatu maksud yang lebih bersifat memukau perasaan kita.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula besifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek dari pada bodoh), mampus (lebih jelek dari pada mati), dan gubuk (lebih jelek dari pada rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan masyarakat.
Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna “berkerja keras” yang merupakan sebuah kata kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif.
Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna konotatif. Kata-kata idiom atau ungkapan adalah sebagai berikut:
Keras kepala
Panjang tangan,
Sakit hati, dan sebagainya.
3. KATA UMUM DAN KATA KHUSUS
Kata umum adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya bersifat umum dan mencangkup bidang yang luas, sedangkan kata yang khusus adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu.
Contoh : Kata Umum Kata khusus
Miskin gelandangan, yatim piatu
Melihat menjenguk, menengok
Besar raya, akbar, agung
Contoh :
a. Saya ingin menjadi sarjana pendidikan, oleh karena itu sekarang kuliah di FAI UIKA (umum)
Saya ingin menjadi seorang hakim oleh karena itu sekarang kuliah Fakultas Hukum (khusus)
b. Orang tua kami anggota Korpri. (umum)
Ibu saya seorang guru SD (khusus).
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas dari pada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak hanya tawes, tetapi ikan terdiri atas beberapa macam, seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki, dan ikan mas. Sebaliknya, tawes pasti tergolong jenis ikan; demikian juga gurame, lele, sepat, tuna, dan baronang pasti merupakan jenis ikan. Dalam hal ini kata yang acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuanya lebih khusus disebut kata khusus, seprti gurame, cupang, bawal, dan ikan mas.
Pasangan kata umum dan kata khusus harus di bedakan dalam pengacuan yang generic dan spesifik.
Sapi, kerbau, kuda, dan keledai adalah hewan-hewan yang termasuk segolongan, yaitu golongan hewan mamalia. Dengan demikian, kata hewan mamalia bersifat umum (generic), sedangkan sapi, kerbau, kuda, keledai adalah kata khusus (spesifik).
. 4 KATA KONKRIT DAN ABSTRAK
Kata yang acuannya semakain mudah diserap pancaindra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik. Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak, seperti ide, gagasan, kesibukan, keinginan, angan-angan, kehendak dan perdamain. Kata abstrak digunakan untuk menggungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hemburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkrit mempunyai referen objek yang dapat diamati. Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan penulisan. Karangan berupa deskripsi fakta menggunakan kata-kata konkrit, seperti: hama tanaman penggerak, penyakit radang paru-paru, Virus HIV. Tetapi karangan berupa klasifikasi atau generalisasi sebuah konsep menggunakan kata abstrak, seperti: pendididkan usia dini, bahasa pemograman, High Text Markup Language (HTML). Uraian sebuah konsep biasanya diawali dengan detail yang menggunakan kata abstrak dilanjutkan dengan detail yang menggunakan kata konkrit.
Contoh:
1. APBN RI mengalalmi kenaikan lima belas persen (kata konkrit)
2. Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak berwujud atau tidak berbentuk)
3. kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.
5. KATA BAKU DAN TIDAK BAKU
Kata Baku
~ Kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan.
Kata Tidak Baku
~ Kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan.
Contoh:
Kata Tidak Baku Kata Baku
Analisa Analisis
Jadwal Jadual
Kwalitas Kualitas
Silahkan Silakan
6. SINONIM
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaianya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkretkan bahsa seseorang sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakan nya, sesuai dengan kebutuhan dan situasai yang dihadapinya.
Kata-kata yang bersinonim ialah:
Agung, besar, raya
Mati, mangkat, wafat, meninggal
Cahaya, sinar
Ilmu, pengetahuan
Penelitian, penyelidikan
Contoh :
- Memasuki hari ketiga dalam pencarian para nelayan yang hilang diperairan indramayu, Tim SAR belum menemukan satu pun nelayan yang hilang.
- puluhan penduduk korban lumpur Lapindo berdemontrasi di depan Istana Negara. Para demonstran meminta bertemu Presiden.
Penggunaan sinonim atau parafrasa dapat menggurangi adanya pengulangan kata yang sama. Selain itu, kalimat jadi lebih bervariasi.
Contoh :
- Memasuki hari ketiga dalam pencarian para nelayan yang hilang di perairan Indramayu. Tim SAR belum menemukan satu pun korban.
- Puluhan penduduk korban Lapindo berunjuk rasa di depan Istana Negara. Para pengunjuk rasa meminta bertemu Presiden. .
7. PEMBENTUKAN KATA
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsure serapan.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya
tata daya serba
tata buku daya tahan serba putih
tata bahasa daya pukul serba plastic
tata rias daya tarik serba kuat
tata cara daya serap serba tahu
hari tutup lepas
hari sial tutup tahun lepas tangan
hari jadi tutup buku lapas pantai
hari besar tutup usia lepas landas
Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata, misalnya
Bank wisata
Kredit santai
Valuta nyeri
Televisi candak, kulak
Kita sadari bahwa kosakata Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing. Kontak bahsa memang tidak dapat diletakan karaeana kita berhubungan dengan bangsa lain. Oleh sebab itu, pengaruh-memengaruhi dalam hal kosakata pasti ada. Dalam hal ini perlu ditata kembali kaidah penyerapan kata-kata itu. Oleh sebab itu, pedoman umum pembentukan istilah yang kini telah beredar di selurh nusantara sangat membantu upaya itu.
Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia. Pemunggutan kata-kata asing yang bersifat internasonal sangat kita perlukan karena kita memerlukan suatu komunikasai dalam hal dunia dan teknologi modern, kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam segi kehidupan.
8. UNGKAPAN IDIOMATIK
Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatic adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena ekonomi bahasa.
Ungkapan yang bersifat idomatik terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat diksi di dalam tulisan.
Beberapa contoh pemakain ungkapan idiomatik adalah sebagai berikut.
Mentri Dalam Negri bertemu Presiden SBY. (salah)
Mentri Dalam Negri bertemu dengan Presiden SBY. (benar)
Yang benar ialah bertemu dengan
Di samping itu, ada beberapa kata yang berbentuk seperti itu, yaitu
Sehubung dengan
Berhubungan degan
Sesuai dengan
Bertepatan dengan
Sejalan dengan
Ungkapan idiomatic lain yang perlu diperhatikan ialah
Salah Benar
Terdiri terdiri atas/dari
Terjadi atas terjadi dari
Disebabkan karena disebabkan oleh
Membicarakan tentang berbicara tentang
Tergantung kepada bergantung pada
Baik. . . ataupun baik. . . maupun
Antara…dengan antara. . . dan
Bukan. . . tetapi bukan. . . melainkan
Tidak. . . melainkan tidak. . . tetapi
Menemui kesalahan menemukan kesalahan
9. KESALAHAN PEMBENTUKAN DAN PEMILIHAN KATA
Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis. Setelah diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihat kan pula bentuk yang benar, yang merupakan perbaikanya.
a. Penanggalan Awalan meng-
Penanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam berita teks beritanya awalan meng- harus eksplisit. Di bawah ini di perlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
1) Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (salah)
1 a) Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar)
b. Penanggalan Awalan ber-
Kata-kata yang berawalan ber- sering menaggalkan awalan ber-. Padahal,awalan ber- harus dieksplisitkan secara jelas. Dibawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya.
1) Sampai jumpa lagi. (salah)
1 a) Sampai berjumpa lagi. (benar)
2) Pendapat saya beda dengan pendapatnya. (salah)
2 a) Pendapat saya berbeda dengan pendapatnya. (benar)
c. Peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang diawal bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan meng-. Padahal, sesunguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan meng-
Dibawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.
1) Wakidi sedang menyuci mobil. (salah)
1 a) Wakidi sedang mencuci mobil. (benar)
2) Eka lebih menyintai boby daripada menyintai Roy. (salah)
2 a) Eka lebih mencintai Boby daripada mencintai Roy. (benar)
d. Penyengauan Kata Dasar
Ada lagi gejala penyengauan bunyi awalan kata dasar. Penyengauan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang di pakai dalam ragam tulis. Akhirnya, pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Kita sering menemukan pengunaan kata-kata, mandang, ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis, nyubit, ngepung, nolak, nyabut, nyuap, dan nyari. Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus menggunakan kata-kata memandang, mengail, mengantuk, menabrak, menanam, menulis, mencubit, menolak, mencabut, menyuap, dan mancari.
Buatlah contoh-contoh kalimat dengan menggunakan kata-kata di atas!
e. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng-
Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sering tidak luluh jika mendapat awalan meng- atau peng-. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Di bawah ini dibedakan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian sehari-hari.
1) Eksistensi Indonesia sebagai negara pensuplai minyak sebaiknya di pertahankan. (salah)
1 a) Eksistensi Indonesia sebagai Negara penyuplai minyak sebaiknya di perthankan. (benar)
2) Semua warga Negara harus mentaati peraturan yang berlaku. (salah)
2 a) Semua warga Negara harus menaati peraturan yang berlaku. (benar)
Kaidah peluluhan bunyi s, k, p, dan t tidak berlaku pada kata-kata yang di bentuk dengan gugus konsonan. Kata traktor apabila di beri awalan meng-, kata ini akan menjadi mentraktor bukan menraktor. Kata proklamasi apabila di beri awalan meng- akan menjadi memproklamasikan.
f. Awalan ke- yang Keliru
Pada kenyataanya sehari-hari kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering di beri berawalan ke-.hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan alam memilih awalan yanga tepat. Umumnya kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (jawa/sunda). Dibawah ini di paparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian.
1. Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. (salah)
1 a) Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini. (benar)
2. Mengapa kamu ketawa terus? (salah)
2 a) Mengapa kamu tertawa terus? (benar)
Perlu diketahui bahwa awalan ke- hanya dapat menekpel pada kata bilangan, awalan ke- tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata kekasih, kehendak, dan ketua. Oleh sebab itu ,kata ketawa, kecantol, keseleo, kebawa, ketabrak bukanlah bentuk baku dalam bahasa Indonesia. Bentuk yang benar ialah kedua, ketiga, keempat, keseribu, dan seterusnya.
g. Pemakaian Akhiran ir-
Pemakaian akhiran ir- sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran ir- adalah –asi atau –isasi. Di bawah ini di ungkapkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
1) Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (salah)
1 a) Saya sanggup mengoordinasi kegiatan itu. (benar)
2) Soekarno-hatta memproklamirkan Negara republik Indonesia. (salah)
2 a) Soekarno-hatta memproklamasikan Negara republik Indonesia. (benar)
Kata lainya seperti
Akomodir akomodasi
Legalisir legalisasi
Perlu diperhatikan, akhiran –asi atau asasi pada kata-kata lelenisasi, turinisasi, neonisasi, radionisasi, pompanisasi, dan koranisasi merupakan bentuk yang salah karena kata dasarnya bukan kata serapan dari bahasa asing. Kata-kata itu harus di ungkapkan menjadi usaha peternakan lele, usaha penanaman turi, usaha pemansangan neon, gerakan memasyarakatkan radio, gerakan pemasangan pompa, dan gerakan memasyarakatkan Koran.
h. Padanan yang Tidak serasi
Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang muncul dalam pembicaraan sehar-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat. Di bawah ini di paparkan bentuk salah dan bentuk benar, terutama dalam memakai unkapan penghubung intrakalimat.
1) Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memproleh kredit. (salah)
1 a) Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memproleh kredit. (benar)
1 b) Karena modal di bank terbatas sehingga semua pangusaha lemah memproleh kredit. (benar)
Bentuk-bentuk di atas adalah bentuk yang mengabungkan kata karena dan sehingga, kata apabila dan maka, dan kata walaupun dan tetapi.penggunaan dua kata itu dalam sebuah kalimat tidak di perlukan.
Bentuk-bentuk lainya yang merupakan padanan yang tidak serasi adalah di sebabkan karena, dan lain sebagainya, karena. . . . maka, untuk . . . maka, meskipun . . . tetapi, kalau . . . maka, dan sebagainya.
Bentuk yang baku untuk mengganti padanan itu adalah disebabkan oleh, dan lain-lain, atau dan sebagainya; karena/untuk/kalau saja tanpa diikuti maka,atau maka saja tanpa didahulai karena/untuk/kalau; meskipun saja tanpa di susul tetapi atau tetapi saja tanpa di susul meskipun.
i. Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, dari pada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada sering di pertukarkan. Di bawah ini di paparkan bentuk benar dan bentuk salah dalam pemakaian kata depan.
1) Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah)
1 a) Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar)
2) Meja ini terbuat daripada kayu. (salah)
2 a) Meja ini terbuat dari kayu. (benar)
j. Pemakaian Akronim (Singkatan)
Kita membedakan istilah “singkatan” dengan “bentuk sinkatan. Yang di maksud dengan singkatan ialah hasil menyingkat atau memendekan berupa huruf atau gabungan huruf seperti PLO, UI, DPR, KPP, KY, MA, KBK, dan KTSP. Yang dimaksud dengan bentuk singkatan ialah kontraksi bentuk kata sebagai mana dipakai dalam ucapan cepat,seperti lab (laboratorium).
Pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia kadang kadang tidak teratur. Singkatan IBF mempunyai dua makn, yaitu international boxing federation dan international badminton federation. Oleh sebab itu, pemakaian akronim dan singkatan sedapat mungkin duhindari karena sudah umum maknanya telah mantap.
k. Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemukiman
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan; Kata pemukiman bersaing dengan kata pemukiman; Kata penalaran bersaing dengan kata penalaran. Lalu bentukan manakah yang sebenarnya paling tepat? Apakah yang tepat kesimpulan yang salah simpulan,ataukah sebaliknya yang tepat keputusan yang salah putusan, ataukah sebaliknya. Mana yang benar penalaran ataukah penalaran; kata pemukiman atau pemukiman?
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan konsisten. Kalai kita perhatikan dengan seksama, bentukan-bentukan kata itu memiliki hubungan antara yang satu dan yang lain. Dengan kata lain, terdapat korelasi diantara bentukan tersebut. Perhatikanlah, misalnya Verab yang berawalan meng- dapat di bentuk menjadi nomina yang bermakna ‘proses’ yang berimbuhan peng-an dan dapat pula di bentuk menjadi nomna yang berbentuak ‘proses’ yang berimbuhan peng-an dan dapat pula dibentuk dmenjadi nomina yang bermakna ‘hasil’ yang beribuhan –an. Perrhatikanlah keteraturan pembentukan kata berikut.
Verba Verba Pelaku Proses Hasil atau
Dasar Aktif yang di
Anut manganut penganut penganutan anutan
Tulis menulis penulis penulisan tulisan
Berdasarkan kaidah di atas, bentukan-bentukan berikut dipandang kurang konsisten.
1) Kaya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan kesimpulan. (salah)
1 a) Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan kesimpulan. (benar)
2) Paman saya sudah membeli rumah di pemukiman Puri Giri Indah. (salah)
2) Paman saya sudah membeli rumah di permukiman Puri Giri Indah. (benar)
l. Penggunaan Kata yang Hemat
Salah satu cirri pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun dalam komonikasi sehari-hari sering di jumpai pemakaian kata yang tidak hemat (boros). Berikut ini di daftar kata yang sering di gunakan tidak hemat itu.
Boros Hemat
1. sejak dari sejak atau dari
2. agar supaya agar supaya
3. demi untuk demi atau untuk
Marilah kita lihat perbandingan pemakaian kata yang boros dan hemat berikut.
1) Karburator adalah bagian mesin motor tempat dimana gas bahan bakar minyak bercampur dengan udara. (boros, salah)
1 a) Karburator adalah bagian mesin motor tempat gas bahan bakar minyak bercampur dengan udara. (Hemat, Benar)
2) Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini sangat pesat sakali. (Boros, Salah)
2 a) Perkembangan teknik mobil akhir-akhir ini sangat pesat. (Hemat, Benar)
Pemakaian kata yang boros seperti sejak dari, adalah, merupakan, demi untuk, agar supaya, dan zaman dahulu kala juga harus di hindari.
m. Analogi
Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkolerasi dengan kata bertinju. Kata petinju berarti ‘orang yang (biasa) bertinju’, bukan, ‘orang yang (biasa) meninju’.
Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok dengan petinju, seperti pesenam, pesilat, pegolf, peterjun, petenis, dan peboling. Akan tetapi,apakah semua kata di bentuk dengan cara yang sama dengan pembentukan kata petinju? Jika harus dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperi berikut ini.
Petinju ‘orang bertinju’
Pesenam ‘orang yang bersenam’
Pesilat ‘orang yang bersilat
Peski ‘orang yang berski’
Kata bertinju, bersenam, dan bersilat mungkin biasa digunakan, tetapi kata bergolf, berterjun, bertenis dan berboling bukan kata yang lazim.oleh sebab, itu munculnya kata
Peski
Peselancar
Pegolf
Petenis
Peboling
Pada dasarnya tidak dibentuk dari
Berski (yang baku bermain ski)
Berselancar (yang baku bermain selancar)
Bergolf (yang baku bermain golf)
Bertenis (yang baku bermain tenis)
n. Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang salah mengunakan bentuk jamak dalam bahasa Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau.Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1) Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan, seperti
Kuda-kuda,
Meja-meja, dan
Buku-buku
2) Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan, seperti
Beberapa meja,
Sekalian tamu,
Semua buku,
Dua tempat, dan
Sepuluh computer
3) Bentuk jamak dengan menambah kata Bantu jamak, seperti para tamu.
4) Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti
Mereka, kita dan
Kami, kalian
Dalam pemakaian kata sehari-hari orang cenderung memilih bentuk jamak asing dalam menyatakan jamak dalam bahasa Indonesia. Dibawah ini beberaa bentuk jamak dan bentuk tunggal dari bahasa asing.
BentukTtunggal Bentuk Jamak
datum data
alumnus alumni
alim ulama
Dalam bahasa Indonesia bentuk datum dan data yang dianggap baku ialah data yang di pakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alumnus dan alumni yang dianggap baku ialah bentuk alumni yang di pakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alim dan ulama kedua-duanya dianggap baku yang di pakai masing-masing sebagai bentuk tunggal. Oleh sebab itu, tidak salah kalau ada bentuk.
Beberapa data,
Tiga alumni, dan seterusnya.
o. Penggunaan di mana, yang mana, hal mana
Kata di man tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata dimana tersebut harus diubah manjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya.
don wew
Minggu, 04 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar